PENGARUH PERKEMBANGAN ANAK DITINJAU DARI POLA ASUH
Kehadiran anak akan membawa perubahan terhadap kematangan jiwa orang tua, lebih-lebih mereka yang baru memasuki mahligai perkawinan, sebab anak akan memberikan rasa gembira, senang, suka dan duka, namun anak dapat pula menimbulkan hal-hal yang membuat orang tua marah, kecewa, was-was, takut dan sebagainya. Apalagi mengingat derasnya arus informasi saat ini yang membawa beragam nilai.
Oleh karena itu, sebagai orang tua harus memiliki acuan pendidikan, pengalaman dan kebiasaan-kebiasaan yang diwarisi orangtua sebelumnya tentang pola asuh perkembangan putra-putrinya. Bukan hanya tentang cara memilih sekolah yang tepat bagi anaknya, tetapi juga cara mengawal perkembangan kepribadian, akhlak dan ilmu. Secara umum, yang di harapkan oleh orang tua terhadap anaknya adalah patuh, cerdas, pandai dan berakhlak mulia.
Kebanyakan orang tua menuntut anaknya mampu memenuhi kehendaknya tanpa memperdulikan kemauan anak itu sendiri. Sedangkan bila anak tidak memenuhi tuntutan tersebut. Apakah anaknya yang salah atau orang tuanya yang salah mendidik? Pertanyaan ini akan muncul pada diri setiap orang. Padahal setiap anak memiliki keistimewaan dan keunikan masing-masing.
Di sinilah diperlukannya suatu pola asuh yang sesuai, sehingga anak tidak merasa tertekan dan mereka bisa berkembang sesuai dengan fitrahnya.
A. FASE PERKEMBANGAN ANAK
Fase perkembangan anak terbagi menjadi 4 masa yaitu:
1. Masa 3 tahun pertama disebut juga dengan balita atau usia bayi. Pada masa ini keadaan dan pertumbuhan anggota tubuh anak belum sempurna begitu pula sebagian inderanya. Apalagi ketika baru lahir sampai kira-kira 3 minggu, pendengaran belum berfungsi sama sekali. Demikian pula penglihatan, dimana bayi belum bisa mengenal gelap dan terang. Adapun indera sentuhan mulai kuat, terutama kedua tangan dan mulut.
2. Masa umur 4 tahun hingga 6 tahun, tenaga, akal dan emosi semakin terlihat. Melakukan kegiatan-kegiatan besar sesuai kehendaknya sudah bisa dilakukan, seperti bermain sepeda, mendorong bangku dan sebagainya. Banyak bergerak adalah ciri lain yang tampak pada usia ini hingga anak tak bisa diam, yang menurut pandangan orang dewasa tidak benar. Sifat-sifat akal pun mulai muncul, seperti mengkhayal dan meniru-niru gerak atau suara binatang dan sebagainya.
3. Masa umur 6 hingga 8 tahun, disebut masa perkembangan dan peralihan. Pada 2 tahun ini pertumbuhan fisik anak sangat cepat. Hingga tenaga anak yang tersembunyi pun terarahkan untuk pembentukan susunan rangka tubuh yang baru. Maka di samping pertumbuhan yang begitu cepat, anakpun mengalami rasa letih yang cepat pula sehingga tidak bisa untuk menahannya.Selain itu pada usia ini anak mudah terserang penyakit dan menyebabkan banyak kematian, dari segi perkembangan akal pada usia ini perhatian anak mulai bertambah hingga mampu memfokuskan pikirannya.
4. Masa umur 8 hingga 12 tahun, pertumbuhan dan perkembangan fisik serta akal anak mengalami kelambatan. Pada usia ini fisik anak mulai terbentuk dan stabil. Rasa semangat dan banyak bergerak juga masih tampak pada masa ini hanya saja anak cepat bosan dan lelah. Pertumbuhan ukuran dan bentuk otak anak mulai sempurna pada awal masa ini. Penanaman kebiasaan-kebiasan baik selama masa 4 tahun ini sangat baik, seperti menjaga kebersihan, cara berpakaian, etika ketika berjalan, sopan santun ketika makan dan sebagainya. Pada masa pubertas, 12-14 tahun, orang tua harus lebih berhati-hati dalam memberikan pendidikan. Masa ini disebut sebagai masa baligh. Pertumbuhan fisik mulai berjalan kembali dengan cepat dengan perubahan yang mencolok pada beberapa anggota tubuh. Pikiran mulai meluas dan perasaan bertambah kuat penuh sensitive. Tingkah laku aneh mulai terlihat pada usia ini.
B. TEORI DAN ASPEK KHUSUS PERKEMBANGAN ANAK
Teori adalah hipotesis yang belum terbukti atau spekulasi tentang kenyataan yang belum diketahui secara pasti, sehingga perlu diuji lebih lanjut untuk menentukan akurasinya. Dalam memahami perkembangan anak, teori mempunyai peranan sangat penting. Teori dapat membantu memahami gejala-gejala dan membuat ramalan tentang perkembangan anak dan perilakunya.
Beberapa teori menurut psikolog perkembangan anak yakni:
a) John Bowlby (keterikatan dan kecemasan terpisah)
Ini menunjukkkan bahwa bayi atau anak mempunyai cara-cara yang khusus dalam bertingkah laku, yang diperoleh dari kelahirannya sebagai pradisposisi yang bersifat naluriah dan bertujuan agar orang tua selalu dekat dan mengadakan hubungan yang mesra. Menangis, tersenyum, mengoceh dengan demikian mempunyai arti tersendiri. Senyuman atau ocehan pada bayi merangsang orang tua untuk mendekati, mengajak berbicara, menangis , disamping bisa disebabkan hal-hal yang lain yang berhubungan dengan fisiknya, juga merupakan tanda bagi bayi, agar orang tua dekat dan menolongnya. Masa-masa terjadinya keterikatan dengan orang tua atau tokoh khusus merupakan masa-masa penting penting yang bisa mempengaruhi timbulnya gangguan dalam perkembangan kepribadian anak dan memerlukan perhatian khusus dan perlakuan yang tepat.
b) Albert Bandura (sosial belajar)
Mengatakan” melalui identifikasi seorang anak mulai menerima sifat-sifat pribadi dan tingkah laku tertentu sebagai sesuatu yang berguna, agar bisa sesuai dan diterima oleh orang lain. Merasa diterima oleh lingkungannya itu akan memberikan rasa aman dan karena itu memperkuat motivasi untuk mempertahankan atau meneruskan sifat-sifat yang telah dimilikinya.
c) Lawrence Kohlberg (perkembangan moral)
Mengemukakan bahwa sikap moral bukan hasil sosialisasi atau pelajaran yang diperoleh dari kebiasaan dan hal yang berhubungan dengan nilai kebudayaan. Tahap-tahap perkembangan moral terjadi dari aktivitas spontan pada anak-anak. Anak berkembang dari interaksi sosial, tapi interaksi ini mempunyai corak yang khusus dimana faktor pribadi, faktor si anak dalam bentuk aktivitas-aktivitas ikut berperan. Orientasinya untuk mengungkapkan moral yang hanya ada dalam pikiran dan yang dibedakan dengan tingkah laku moral dalam arti perbuatan yang nyata. Sebab pikiran dan perbuatan tidak selalu sama, meskipun dalam hal-hal tertentu tetap ada kaitan-kaitannya. Semakin tinggi tahap perkembangan moral, semakin terlihat perbuatan-perbuatan moral yang lebih mantap dan bertanggung jawab.
C. POLA ASUH DAN PENGARUHNYA PADA PERKEMBANGAN ANAK
Peran orang tua sangat penting dalam menjaga dan merawat ”fitrah” anak. Fase anak-anak adalah fase yang mudah di tumbuhi benih berbagai kekacauan kepribadian, tetapi sekaligus ia juga merupakan fase yang seharusnya di isi dengan asas-asas kepribadian yang sehat berikut medan dan elemen-elemen pembentuknya. Hal ini mengingat kebiasaan-kebiasaan dan kecenderungan-kecenderungan yang dilakukan seseorang pada periode tersebut, sudah mengarah pada proses pemantapan yang selanjutnya akan sulit untuk diubah.
Berikut beberapa pola asuh pada tahap awal perkembangan anak:
1. mewujudkan rasa tenang diantaranya rasa cinta, penerimaan dan kemantapan
Perasaan seorang anak untuk mencintai orang-orang yang berada di sekitarnya pada umumnya, dan mencintai ibunya khususnya, merupakan dua hal yang sangat diperlukan bagi perkembangannya. Bukan hanya demi kematangan emosinya saja, tetapi juga kematangan biologis dan pikirannya.
Cinta tidak akan mampu memainkan peranannya dalam memberikan terasa senang, kecuali kalau anak merasa dirinya diterima ditengah keluarganya. Ini akan membuka kesadaran si anak bahwa sesungguhnya ia dicintai. Demikian juga dengan pemantapan pola-pola yang digunakan anak melakukan interaksi dengan lingkungannya.
Perasaan tenang yang dirasakan anak mempunyai pengaruh besar yang menunjang kepintarannya, dan yang menentukan apakah dia bisa beradaptasi atau tidak dari aspek kemasyarakatan dengan mental.
2. Mengajarkan kedekatan dengan Tuhan
Potensi keberagaman anak telah ada semenjak anak lahir di dunia, yang memiliki fitrah untuk beriman kepada Tuhan. Tinggal usaha pengembangan serta pemeliharaan potensi (perasaan religius) tersebut yang ada pada anak.
Pengembangan perasaan ketuhanan anak dapat dimulai sedini mungkin melalui tanggapan dan bahasa anak, memberikan pengertian ajaran dan norma-norma keagamaan pada anak.
3. Membentuk kepribadian anak
Sebagai orang tua atau keluarga yang merupakan medan sosial yang pertama bagi pertumbuhan anak, harus menyadari bahwa dengan memberikan nasehat moral saja kepada anak tidak cukup. Harus melatih anak usia dini agar senantiasa berbuat baik. Berbuat baik ini harus diwujudkan dalam praktek sehari-hari, dan contoh yang konkret dari keluarga.
Membiasakan anak-anak untuk berperilaku bersih, menolong orang lain, berkata-kata santun dan benar, akan membentuk rasa atau kecintaan pada kebiasaan berbuat baik.
Pembentukan karakter harus dilakukan secara integral yang melibatkan aspek mengetahui, melatih, dan membiasakan diri serta perasaan. Dengan begitu upaya ini akan menghasilkan manusia-manusia pencinta kebajikan.
4. Membangun otot ketegaran
Orang tua harus berani membiarkan anak-anaknya menyelesaikan persoalannya sendiri. Sebaliknya orang tua juga jangan terlalu mudah memberikan apa yang diinginkan anak-anak. Dengan begitu diharapkan otot-otot ketegaran anak akan terbangun. Apabila terbiasa dengan kerja keras, mereka akan menjadi pribadi yang tegar, pribadi yang sabar dan tabah dalam menghadapi cobaan.
5. Menumbuhkan empati
Menghardik dan memukul anak apabila berbuat salah, akan menghambat rasa empati. Anak akan cenderung membela diri, sehingga hatinya akan mengerut. Hati yang mengerut dan mengeras akan berpotensi untuk menjadi hati yang penuh marah dan dendam.
Mengalihkan perasaan dan pikiran anak untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain akibat tindakannya yang salah, akan meluluhkan hatinya dengan begitu, hatinya akan menjadi lapang. Hati yang lapang adalah hati yang penuh kasih sayang.
6. Tanamkan rasa hormat dan santun pada anak
Sopan santun adalah awal dari pembentukan kararakter anak. Seorang anak perlu diajarkan untuk terbiasa berkata terima kasih, karena ini merupakan atribut luar yang senantiasa bersyukur atau berterima kasih atas segala anugerah yang diberikan pada-Nya.
Anak juga harus diajarkan untuk berkata permisi dan tolong, karena kata-kata tersebut adalah tiruan dari perilaku manusia yang selalu menghormati orang lain. Atau kata maaf sebagai tiruan sifat pemaaf.
7. Menanamkan perilaku adil
Masa kanak-kanak, masa dimana anak masih dalam tahapan egosentris yaitu menganggap sesuatu adil, jika sesuai dengan apa yang diinginkannya. Konsep keadilan bagi mereka adalah berupa balas-membalas atau timbal-balik. Apabila mereka menolong atau memberikan kue kepada kawannya mereka berharap agar kawannya tersebut membalas kebaikannya.
Menurut Thomas Lickona adalah wajar, melihat perangai anak yang demikian, karena mereka belum bisa melihat bagaimana orang lain melihat, atau berharap. Oleh karena itu, anak-anak harus diberikan pengetahuan bagaimana sikap adil yang sebenarnya. Berikut konsep keadilan yang lebih dewasa
a) Mendorong anak melihat dari persepsi orang lain
b) Membiasakan anak untuk bermain dengan permainan yang memerlukan waktu untuk bergiliran, sehingga mereka dapat terbiasa melihat bahwa kawannya juga mempunyai hak.
c) Orang tua harus bersikap adil pada dirinya sebagai contoh yang baik bagi anak
d) Membiasakan bersikap beda atau ikhlas tanpa mengharapkan imbalan dalam melakukan kebaikan kepada orang lain.
8. Menghargai setiap profesi
Jangan menjual mimpi kepada anak-anak yang justru dapat menjerumuskannya kelak, kita dapat menanamkan kepada anak bahwa setiap jenis pekerjaan mulia, asalkan dikerjakan dengan amanah, jujur, bertanggung jawab, dan gembira.
9. Optimis menyongsong masa depan
Sejumlah gejala umum depresi pada anak-anak, ditunjukan dengan sikap kehilangan minat pada kegiatan yang sebelumnya disukai, kurang antusiasme dan motivasi, perasaan tidak berguna, dan merasa bersalah, menarik diri dari teman dan aktifitas, cepat tersinggung dan marah, serta seringnya tentang kematian dan bunuh diri.
Banyak faktor yang dapat menimbulkan depresi diantaranya orang tua bersikap terlalu keras dan berharap terlalu besar atau sering menyerahakan anak, adanya konflik di rumah, di sekolah, dan lain-lain yang dapat menimbulkan ketakutan dan kekecewaan.
Faktor biologis mendukung yaitu karena adanya ketidak seimbangan kimiawi otak, sebagai orang tua atau guru yang menghadapi anak yang mengalami gejala depresi harus berupaya membangkitkan semangat hidup anak dan dapat menyongsong hari esok yang cerah
10. Jangan memotivasi anak lewat hadiah
Sebagian orang menyakini bahwa memberikan hadiah adalah cara yang baik untuk memotivasi anak agar mereka lebih giat belajar, berlatih, atau bergairah. Dalam melakukan suatu pekerjaan. Hal ini dianggap sebagai suap yang dapat membunuh motivasi anak. Motivasinya berubah menjadi semata-mata untuk mendapatkan hadiah. Cara yang paling efektif dan langgeng untuk menumbuhkan kecintaan anak agar giat belajar dan bekerja dengan meluangkan waktu bersama-sama anak, duduk berdiskusi, memecah masalah bersama, dan selalu memberikan inspirasi.
11. Menerima kesalahan
Sejak kecil anak-anak harus diajarkan menerima kesalahan dirinya ketika ada masalah yang menimpanya. Mereka harus belajar untuk menanggung resiko atas tindakannya dan bertanggung jawab untuk menerima hukuman.
12. memberikan Sikap terbaik pada anak-anak
Tanamkan sikap do your best (terbaik) kepada anak-anak, tanpa harus menuntut kesempurnaan. Apapun yang dilakukan anak-anak seperti membereskan kamar tidur, berkawan dengan teman sebayanya, atau proses belajar, ajarkanlah pada mereka untuk memberikan yang terbaik. Dengan demikian hasilnya pun akan sempurna anak tidak merasa terbebani dengan tuntutan yang diberikan oleh orang tua.
Pola asuh dan pengaruhnya pada perkembangan anak adalah mewujudkan rasa tenang, mengajarkan kedekatan dengan Tuhan, membentuk kepribadian anak, membangun ototketegaran, menumbuhkan empati, mengajari hormat dan santun pada anak, menanamkan perilaku adil, belajar menghargai ,optimis menyongsong masa depan,setiap profesi,memotivasi anak lewat hadiah, menerima kesalahan dan memberikan sikap terbaik kepada anak. Merupakan awal dari perkembangan anak, yang nantikan akan membentuk kepribadiannya masing-masing sesuai dengan pola asuhnya.
Hal lain yang lebih penting adalah setiap anak memiliki karakter dan pembawaan sendiri-sendiri. Sebagaimana juga dengan orang tua, mempunyai latar belakang pendidikan dan gaya hidup yang berbeda satu sama lain. Jadi tidak semua teori psikologi dan pendidikan untuk anak, dapat dirasakan secara mutlak. Namun, paling tidak kita dapat mengetahui sifat-sifat dan kebiasaan-kebiasaan anak secara umum banyak kesamaannya.
Referensi
Ahmadi Abu, Drs. H. Sholeh Munawar, Drs. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Rineka Cipta, 1991.
Deswita, Psikologi Perkembangan. Bandung : PT Remaja Resdakarya Offset, 2005.
Gunarsah D Singgih, Prof. Dr, Dasar dan Teori Perkembangan Anak , Jakarta : PT Bapak Gunung Mulia, 1997.
Mahfuzh Jamaluddin M, Psikologi Anak Dan Remaja Muslim, Jakarta : PT Al-kautsar,2001
Megawati Ratna, Yang Terbaik Untuk Buah Hatiku. Bandung : MQS Publishing, 2005.
Muslim Romdoni, 39 Kesalahan Dalam Mendidik Anak. Jakarta : Restu Agung, 2005.
Hidup Terlalu Singkat Untuk Tak Berbuat
Dari Dunia Keindahan Nikmat
Harniati
Anak adalah Aset Buat Orang Tuanya... Salut...salut
BalasHapusgimana kak kalo anak kita memang bandel..apakah itu ada pengaruhnya terhadap orang tuanya>>>>>
BalasHapusanak hanya titipan yg maha kuasa............
BalasHapusWaaah, artikelnya baguuuus bangeeeeet......
BalasHapusSangat bermanfaat terutama untuk saya...terima kasih ya...
Ditunggu artikel berikutnya ya...
Yusi
www.perkembangananak.com