BELAJAR YUK!!!!!

Hari Yang Indah Dengan Nikmat Tuhan Yang Maha Esa

Kamis, 13 Oktober 2011

KONSEP PENDIDIKAN

Begitu pentingnya pendidikan bagi kita sehingga dibutuhkan suatu konsep pendidikan yang baik dan benar. Posting kali ini membahas tentang Konsep Pendidikan.

Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Secara detail, dalam Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I pasal 1 pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Untuk melaksanakan profesinya, tenaga pendidikan khususnya guru sangat memerlukan aneka ragam pengetahuan psikologis yang memadai dalam arti sesuai dengan tuntutan zaman dan kemajuan sains dan teknologi.

Pentingnya Belajar
Belajar adalah key term “istilah kunci” yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya pendidikan, misalnya psikologi pendidikan dan psikologi belajar. Karena demikian pentingnya arti belajar, maka bagian terbesar upaya riset dan eksperimen psikologi belajar pun diarahkan pada tercapainya pemahaman yang lebih luas dan mendalam mengenai proses perubahan manusia itu.

MEDIA PENGAJARAN

Alhamdulillah… Tuhan memberikan nikmat-Nya tanpa diminta, smoga hari ini menjadikan kita slalu ingat dan slalu bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa..Amin. kali ini akan membahas Media Pengajaran dalam Pendidikan. Kekurangan milik kita kesempurnaan hanya milik Allah swt. Smoga artikel ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Pengertian
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’, perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara (وسائل ) atau mengnatar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Gearlach & Ely (1971) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, teks dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
Kata mediator menurut Fleming (1987:234) adalah penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya.
Dengan istilah mediator media menunjukkan fungsi dan peranannya yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar siswa dan isi pelajaran di samping itu mediator dapat pula mencerminkan pengertian bahwa setiap sistem pengajaran yang dilakukan peran mediasi mulai dari guru sampai kepada peralatan paling canggih dapat disebut media. Ringkasnya media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pengajaran.
Istilah “media” bahkan sering dikaitkan atau dipergantikan dengan kata “teknologi” yang berasal dari kata latin teknis (bahasa Inggris art) dan logos (bahasa Indonesia “ilmu”).
Fungsi
Salah satu fungsi utama media pengajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.
Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.



Senin, 10 Oktober 2011

STATISTIK TERAPAN

D A T A

A.    JENIS DATA
Dalam prakteknya statistik tidak bisa lepas dari data yang berupa angka, baik itu dalam statistik deskriptif yang menggambarkan data maupun statistik inferensial yang melakukan analisis terhadap data. Data hasil penelitian dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu data kualitatif dan kuantitatif.
1.      Data Kualitatif
Data Kualitatif adalah data yang berbentuk kalimat, kata atau gambar. Data Kualitatif secara sederhana bisa disebut data yang bukan berupa angka. Data Kualitatif mempunyai ciri tidak bisa dilakukan operasi matematika, seperti penambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Data kualitatif terbagi menjadi dua yaitu:
a.       Nominal
Data bertipe nominal adalah data yang paling rendah dalam level pengukuran data. Jika suatu pengukuran data hanya menghasilkan satu dan hanya satu-satunya kategori maka data tersebut adalah data nominal.
b.      Ordinal
Data ordinal adalah data yang berjenjang atau berbentuk peringkat. Jika pada data nominal semua data kategori dianggap sama, maka pada data ordinal terdapat tingkatan data. Pada data ordinal ada data dengan urutan lebih tinggi dan urutan lebih rendah. Data ordinal biasanya, makin kecil angkanya maka makin tinggi nilainya. Data ordinal ini dapat dibentuk dari data interval atau rasio. Namun data ordinal tidak dapat dilakukan operasi matematika.

Selasa, 04 Oktober 2011

TATA TERTIB DALAM RANGKA MANAJEMEN PENGAJARAN

1.    Hakekat Belajar dan Mengajar
Belajar dan mengajar merupakan 2 konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran (sasaran didik), sedangkan mengajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pengajar.
Dua konsep tersebut menjadi terpadu dalam satu kegiatan manakalah terjadi interaksi guru-siswa, siswa-siswa pada saat pengajaran itu berlangsung inilah makna berlajar dan mengajar sebagai suatu proses.
Belajar bukan menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan  dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimanya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu. Oleh sebab itu belajar adalah proses aktif, belajar adalah proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati, memahami sesuatu. Inilah hakikat belajar sebagai inti proses pengajaran.
Keterpaduan proses belajar siswa dengan proses mengajar guru, sehingga terjadi interaksi belajar mengajar (terjadinya proses pengajaran) tidak datang begitu saja dan tidak tumbuh tanpa pengaturan-pengaturan dan perencanaan  yang seksama. Bila ditelusuri secara mendalam proses belajar mengajar yang merupakan inti dari proses pendidikan formal disekolah didalamnya terjadi interaksi antara berbagai komponen pengajaran. Komponen-komponen itu dapat dikelompokkan ke dalam 3 katergori utama, yaitu:
  1. Guru
  2. Isi atau materi pelajaran
  3. Siswa
Interaksi antara ketiga komponen utama melibatkan sarana dan prasarana seperti metode, dan penataan lingkungan tempat belajar, sehingga tercipta situasi belajar-mengajar yang memungkinkan tercapainya tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Dengan demikian, guru memegang peranan sentral dalam proses belajar-mengajar, setidak-tidaknya menjalankan 3 tugas utama, yaitu:
-          Merencanakan
-          Melaksanakan pengajaran
-          Memberikan  balikan
Melakukan sesuatu dalam belajar biasanya di tempuh dengan cara menghadap siswa kepada sesuatu masalah. Siswa dituntut untuk  berupaya melakukan pemecahan masalah atau Jhon Dewey mengemukakan langkah-langkah problem solving sebagai berikut:
-          Menyadari adanya masalah
-          Merumuskan masalah
-          Membuat hipotesis
-          Mengumpulkan data
-          Menguji hipotesis dengan data
-          Menarik kesimpulan dan follow up dari kesimpulan yang diperoleh
2.    Kelas yang Nyaman dan Menyenangkan
Kelas merupakan taman belajar bagi siswa. Kelas adalah tempat bagi para siswa untuk tumbuh dan berkembangnya potensi intelektual dan emosional. Mengingat itu semuanya, kelas hendaknya dimanajemi sedemikian rupa, sehingga benar-benar merupakan taman belajar yang nyaman dan menyenangkan. Sedangkan syarat-syarat kelas yang baik adalah (1). Sirkulasi, bersih, sehat, tidak lembab, (2) Cukup cahaya yang meneranginya, (3) Sirkulasi udara cukup, (4) Perabot dalam keadaan baik, cukup jumlahnya dan ditata dengan rapi, (5) Jumlah siswa tidak lebih dari 40 orang.

Pengaruh Perkembangan Anak terhadap Pola Asuh

PENGARUH PERKEMBANGAN ANAK DITINJAU DARI POLA ASUH

Anak merupakan anugerah terindah bagi semua orang tua. Dalam mahligai rumah tangga tanpa dilengkapi dengan si buah hati, mungkin terasa sepi sekali dalam kehidupan keluarga. Setiap orang tua pasti ingin yang terbaik untuk buah hatinya, memberikan segalanya, mendidik dengan segala kemampuan, rela berkorban apapun, asal anak bisa menjadi “orang ” .
Kehadiran anak akan membawa perubahan terhadap kematangan jiwa orang tua, lebih-lebih mereka yang baru memasuki mahligai perkawinan, sebab anak akan memberikan rasa gembira, senang, suka dan duka, namun anak dapat pula menimbulkan hal-hal yang membuat orang tua marah, kecewa, was-was, takut dan sebagainya. Apalagi mengingat derasnya arus informasi saat ini yang membawa beragam nilai.
Oleh karena itu, sebagai orang tua harus memiliki acuan pendidikan, pengalaman dan kebiasaan-kebiasaan yang diwarisi orangtua sebelumnya tentang pola asuh perkembangan putra-putrinya. Bukan hanya tentang cara memilih sekolah yang tepat bagi anaknya, tetapi juga cara mengawal perkembangan  kepribadian, akhlak dan ilmu. Secara umum, yang di harapkan oleh orang tua terhadap anaknya adalah patuh, cerdas, pandai dan berakhlak mulia.
Kebanyakan orang tua menuntut anaknya mampu memenuhi kehendaknya tanpa memperdulikan kemauan anak itu sendiri. Sedangkan bila anak tidak memenuhi tuntutan tersebut. Apakah anaknya yang salah atau orang tuanya yang salah mendidik? Pertanyaan ini akan muncul pada diri setiap orang. Padahal setiap anak memiliki keistimewaan dan keunikan  masing-masing.
Di sinilah diperlukannya suatu pola asuh yang sesuai, sehingga anak tidak merasa tertekan dan mereka bisa berkembang sesuai dengan fitrahnya.

A.    FASE PERKEMBANGAN ANAK
Fase perkembangan anak terbagi menjadi 4 masa yaitu:
1.      Masa 3 tahun pertama disebut juga dengan balita atau usia bayi. Pada masa ini keadaan dan pertumbuhan anggota tubuh anak belum sempurna begitu pula sebagian inderanya. Apalagi ketika baru lahir sampai kira-kira 3 minggu, pendengaran belum berfungsi sama sekali. Demikian pula penglihatan, dimana bayi belum bisa mengenal gelap dan terang. Adapun indera sentuhan mulai kuat, terutama kedua tangan dan mulut.

Pengaruh Perkembangan Anak terhadap Pola Asuh

PENGARUH PERKEMBANGAN ANAK DITINJAU DARI POLA ASUH

Anak merupakan anugerah terindah bagi semua orang tua. Dalam mahligai rumah tangga tanpa dilengkapi dengan si buah hati, mungkin terasa sepi sekali dalam kehidupan keluarga. Setiap orang tua pasti ingin yang terbaik untuk buah hatinya, memberikan segalanya, mendidik dengan segala kemampuan, rela berkorban apapun, asal anak bisa menjadi “orang ” .
Kehadiran anak akan membawa perubahan terhadap kematangan jiwa orang tua, lebih-lebih mereka yang baru memasuki mahligai perkawinan, sebab anak akan memberikan rasa gembira, senang, suka dan duka, namun anak dapat pula menimbulkan hal-hal yang membuat orang tua marah, kecewa, was-was, takut dan sebagainya. Apalagi mengingat derasnya arus informasi saat ini yang membawa beragam nilai.
Oleh karena itu, sebagai orang tua harus memiliki acuan pendidikan, pengalaman dan kebiasaan-kebiasaan yang diwarisi orangtua sebelumnya tentang pola asuh perkembangan putra-putrinya. Bukan hanya tentang cara memilih sekolah yang tepat bagi anaknya, tetapi juga cara mengawal perkembangan  kepribadian, akhlak dan ilmu. Secara umum, yang di harapkan oleh orang tua terhadap anaknya adalah patuh, cerdas, pandai dan berakhlak mulia.
Kebanyakan orang tua menuntut anaknya mampu memenuhi kehendaknya tanpa memperdulikan kemauan anak itu sendiri. Sedangkan bila anak tidak memenuhi tuntutan tersebut. Apakah anaknya yang salah atau orang tuanya yang salah mendidik? Pertanyaan ini akan muncul pada diri setiap orang. Padahal setiap anak memiliki keistimewaan dan keunikan  masing-masing.
Di sinilah diperlukannya suatu pola asuh yang sesuai, sehingga anak tidak merasa tertekan dan mereka bisa berkembang sesuai dengan fitrahnya.

A.    FASE PERKEMBANGAN ANAK
Fase perkembangan anak terbagi menjadi 4 masa yaitu:
1.      Masa 3 tahun pertama disebut juga dengan balita atau usia bayi. Pada masa ini keadaan dan pertumbuhan anggota tubuh anak belum sempurna begitu pula sebagian inderanya. Apalagi ketika baru lahir sampai kira-kira 3 minggu, pendengaran belum berfungsi sama sekali. Demikian pula penglihatan, dimana bayi belum bisa mengenal gelap dan terang. Adapun indera sentuhan mulai kuat, terutama kedua tangan dan mulut.
2.      Masa umur 4 tahun hingga 6 tahun, tenaga, akal dan emosi semakin terlihat. Melakukan kegiatan-kegiatan besar sesuai kehendaknya sudah bisa dilakukan, seperti bermain sepeda, mendorong bangku dan sebagainya. Banyak bergerak adalah ciri lain yang tampak pada usia ini hingga anak tak bisa diam, yang menurut pandangan orang dewasa tidak benar. Sifat-sifat akal pun mulai muncul, seperti mengkhayal dan meniru-niru gerak atau suara binatang dan sebagainya.
3.      Masa umur 6 hingga 8 tahun, disebut masa perkembangan dan peralihan. Pada 2 tahun ini pertumbuhan fisik anak sangat cepat. Hingga tenaga anak yang tersembunyi pun terarahkan untuk pembentukan susunan rangka tubuh yang baru. Maka di samping pertumbuhan yang begitu cepat, anakpun mengalami rasa letih yang cepat pula sehingga tidak bisa untuk menahannya.Selain itu pada usia ini anak mudah terserang penyakit dan menyebabkan banyak kematian, dari segi perkembangan akal pada usia ini perhatian anak mulai bertambah hingga mampu memfokuskan pikirannya.
4.      Masa umur 8 hingga 12 tahun, pertumbuhan dan perkembangan fisik serta akal anak mengalami kelambatan. Pada usia ini fisik anak mulai terbentuk dan stabil. Rasa semangat dan banyak bergerak juga masih tampak pada masa ini hanya saja anak cepat bosan dan lelah. Pertumbuhan ukuran dan bentuk otak anak mulai sempurna pada awal masa ini. Penanaman kebiasaan-kebiasan baik selama masa 4 tahun ini sangat baik, seperti menjaga kebersihan, cara berpakaian, etika ketika berjalan, sopan santun ketika makan dan sebagainya. Pada masa pubertas, 12-14 tahun, orang tua harus lebih berhati-hati dalam memberikan pendidikan. Masa ini disebut sebagai masa baligh. Pertumbuhan fisik mulai berjalan kembali dengan cepat dengan perubahan yang mencolok pada beberapa anggota tubuh. Pikiran mulai meluas dan perasaan bertambah kuat penuh sensitive. Tingkah laku aneh mulai terlihat pada usia ini.
B.     TEORI DAN ASPEK KHUSUS PERKEMBANGAN ANAK
Teori adalah hipotesis yang belum terbukti atau spekulasi tentang kenyataan yang belum diketahui secara pasti, sehingga perlu diuji lebih lanjut untuk menentukan akurasinya. Dalam memahami perkembangan anak, teori mempunyai peranan sangat penting. Teori dapat membantu memahami gejala-gejala dan membuat ramalan tentang perkembangan anak dan perilakunya.
Beberapa teori menurut psikolog perkembangan anak yakni:
a) John Bowlby (keterikatan dan kecemasan terpisah)
Ini menunjukkkan bahwa bayi atau anak mempunyai cara-cara yang khusus dalam bertingkah laku, yang diperoleh dari kelahirannya sebagai pradisposisi yang bersifat naluriah dan bertujuan agar orang tua selalu dekat dan mengadakan hubungan yang mesra. Menangis, tersenyum, mengoceh dengan demikian mempunyai arti tersendiri. Senyuman atau ocehan pada bayi merangsang orang tua untuk mendekati, mengajak berbicara, menangis , disamping bisa disebabkan hal-hal yang lain yang berhubungan dengan fisiknya, juga merupakan tanda bagi bayi, agar orang tua dekat dan menolongnya. Masa-masa terjadinya keterikatan dengan orang tua atau tokoh khusus merupakan masa-masa penting penting yang bisa mempengaruhi timbulnya gangguan dalam perkembangan kepribadian anak dan memerlukan perhatian khusus dan perlakuan yang tepat.
b) Albert  Bandura (sosial belajar)
Mengatakan” melalui identifikasi seorang anak mulai menerima sifat-sifat pribadi dan tingkah laku tertentu sebagai sesuatu yang berguna, agar bisa sesuai dan diterima oleh orang lain. Merasa diterima oleh lingkungannya itu akan memberikan rasa aman dan karena itu memperkuat motivasi untuk mempertahankan atau meneruskan sifat-sifat yang telah dimilikinya.
c) Lawrence Kohlberg (perkembangan moral)
Mengemukakan bahwa sikap moral bukan hasil sosialisasi atau pelajaran yang diperoleh dari kebiasaan dan hal yang berhubungan dengan nilai kebudayaan. Tahap-tahap perkembangan moral terjadi dari aktivitas spontan pada anak-anak. Anak berkembang dari interaksi sosial, tapi interaksi ini mempunyai corak yang khusus dimana faktor pribadi, faktor si anak dalam bentuk aktivitas-aktivitas ikut berperan. Orientasinya untuk mengungkapkan moral yang hanya ada dalam pikiran dan yang dibedakan dengan tingkah laku moral dalam arti perbuatan yang nyata. Sebab pikiran dan perbuatan tidak selalu sama, meskipun dalam hal-hal tertentu tetap ada kaitan-kaitannya. Semakin tinggi tahap perkembangan moral, semakin terlihat perbuatan-perbuatan moral yang lebih mantap dan bertanggung jawab.
C.    POLA ASUH DAN PENGARUHNYA PADA PERKEMBANGAN ANAK
Peran orang tua sangat penting dalam menjaga dan merawat ”fitrah” anak. Fase anak-anak adalah fase yang mudah di tumbuhi benih berbagai kekacauan kepribadian, tetapi sekaligus ia juga merupakan fase yang seharusnya di isi dengan asas-asas kepribadian yang sehat berikut medan dan elemen-elemen pembentuknya. Hal ini mengingat kebiasaan-kebiasaan dan kecenderungan-kecenderungan yang dilakukan seseorang pada periode tersebut, sudah mengarah pada proses pemantapan yang selanjutnya akan sulit untuk diubah.
Berikut beberapa pola asuh pada tahap awal perkembangan anak:

1.      mewujudkan rasa tenang diantaranya rasa cinta, penerimaan dan kemantapan
Perasaan seorang anak untuk mencintai orang-orang yang berada di sekitarnya pada umumnya, dan mencintai ibunya khususnya, merupakan dua hal yang sangat diperlukan bagi perkembangannya. Bukan hanya demi kematangan emosinya saja, tetapi juga kematangan biologis dan pikirannya.
Cinta tidak akan mampu memainkan peranannya dalam memberikan terasa senang, kecuali kalau anak merasa dirinya diterima ditengah keluarganya. Ini akan membuka kesadaran si anak bahwa sesungguhnya ia dicintai. Demikian juga dengan pemantapan pola-pola yang digunakan anak melakukan interaksi dengan lingkungannya.
Perasaan tenang yang dirasakan anak mempunyai pengaruh besar yang menunjang kepintarannya, dan yang menentukan apakah dia bisa beradaptasi atau tidak dari aspek kemasyarakatan dengan mental.

2.      Mengajarkan kedekatan dengan Tuhan
Potensi keberagaman anak telah ada  semenjak anak lahir di  dunia, yang memiliki fitrah untuk beriman kepada Tuhan. Tinggal usaha pengembangan serta pemeliharaan potensi (perasaan religius) tersebut yang ada pada anak.
Pengembangan perasaan ketuhanan anak dapat dimulai sedini mungkin melalui tanggapan dan bahasa anak, memberikan pengertian ajaran dan norma-norma keagamaan pada anak.

3.      Membentuk kepribadian anak 
Sebagai orang tua atau keluarga yang merupakan medan sosial yang pertama bagi pertumbuhan anak, harus menyadari bahwa dengan memberikan nasehat moral saja kepada anak tidak cukup. Harus melatih anak usia dini agar senantiasa berbuat baik. Berbuat  baik ini harus diwujudkan dalam praktek sehari-hari, dan contoh yang konkret dari keluarga.
Membiasakan anak-anak untuk berperilaku bersih, menolong orang lain, berkata-kata santun dan benar, akan membentuk rasa atau kecintaan pada kebiasaan berbuat baik.
Pembentukan karakter harus dilakukan secara integral yang melibatkan aspek mengetahui, melatih, dan membiasakan diri serta perasaan. Dengan  begitu upaya ini akan menghasilkan manusia-manusia pencinta kebajikan.

4.      Membangun otot ketegaran
Ada satu kecenderungan orang tua terhadap anaknya yaitu selalu ingin melindungi buah hati dan membantu mereka untuk menghindari situasi menantang. Semua orang tua  pasti sayang kepada anak dan menginginkan yang terbaik terjadi pada anaknya. Namun, orang tua sering lupa bahwa anak memerlukan pengalaman dalam menghadapi kesulitan hidup dan menyelesaikannya, agar mereka siap menjalani kehidupan di masa depan.
Orang tua harus berani membiarkan anak-anaknya  menyelesaikan persoalannya sendiri. Sebaliknya orang tua juga jangan terlalu mudah memberikan apa yang diinginkan anak-anak. Dengan begitu diharapkan otot-otot ketegaran anak akan terbangun. Apabila terbiasa dengan kerja keras, mereka akan menjadi pribadi yang tegar, pribadi yang sabar dan tabah dalam menghadapi cobaan.

5.      Menumbuhkan empati
Menghardik dan memukul anak apabila berbuat salah, akan menghambat rasa empati. Anak akan cenderung membela diri, sehingga hatinya akan mengerut. Hati yang mengerut dan mengeras akan berpotensi untuk menjadi hati  yang penuh marah dan dendam.
Mengalihkan perasaan dan pikiran anak untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain akibat tindakannya yang salah, akan meluluhkan hatinya dengan begitu, hatinya akan menjadi lapang. Hati yang lapang adalah hati yang penuh kasih sayang.
6.      Tanamkan rasa hormat dan  santun pada anak
Sopan santun adalah awal dari pembentukan kararakter anak. Seorang anak perlu diajarkan untuk terbiasa berkata terima kasih, karena ini merupakan atribut luar yang senantiasa bersyukur atau berterima kasih atas segala anugerah yang diberikan pada-Nya.
Anak juga harus diajarkan untuk berkata permisi dan tolong, karena kata-kata tersebut adalah tiruan dari perilaku manusia yang selalu menghormati orang lain. Atau kata maaf sebagai tiruan sifat pemaaf.

7.      Menanamkan perilaku adil
Masa kanak-kanak, masa dimana anak masih dalam tahapan egosentris yaitu menganggap sesuatu adil, jika sesuai dengan apa yang diinginkannya.  Konsep keadilan bagi mereka adalah berupa balas-membalas atau timbal-balik. Apabila mereka menolong atau memberikan kue kepada kawannya mereka berharap agar kawannya tersebut membalas kebaikannya.
Menurut Thomas Lickona adalah wajar, melihat perangai anak yang demikian, karena mereka belum bisa melihat bagaimana orang lain melihat, atau berharap. Oleh karena itu, anak-anak harus diberikan pengetahuan bagaimana sikap adil yang sebenarnya. Berikut konsep keadilan yang lebih dewasa
a)      Mendorong anak melihat dari persepsi  orang lain
b)     Membiasakan anak untuk bermain dengan permainan yang memerlukan waktu untuk bergiliran, sehingga mereka dapat terbiasa melihat bahwa kawannya juga mempunyai hak.
c)      Orang tua harus bersikap adil pada dirinya sebagai contoh yang baik bagi anak
d)     Membiasakan bersikap beda atau ikhlas tanpa mengharapkan  imbalan dalam melakukan kebaikan kepada orang lain.
8.      Menghargai setiap profesi
Jangan menjual mimpi kepada anak-anak yang justru dapat menjerumuskannya kelak, kita dapat menanamkan kepada anak bahwa setiap jenis pekerjaan mulia, asalkan dikerjakan dengan amanah, jujur, bertanggung jawab, dan gembira.

9.      Optimis menyongsong masa depan
Sejumlah gejala umum depresi pada anak-anak, ditunjukan dengan sikap kehilangan minat pada kegiatan  yang sebelumnya disukai, kurang antusiasme dan motivasi, perasaan tidak berguna, dan merasa bersalah, menarik diri dari teman dan aktifitas, cepat tersinggung dan marah, serta seringnya tentang kematian dan bunuh diri.
Banyak faktor yang dapat menimbulkan depresi diantaranya orang tua bersikap terlalu keras dan berharap terlalu besar atau sering menyerahakan anak, adanya konflik di rumah, di sekolah, dan lain-lain yang dapat menimbulkan ketakutan dan kekecewaan.
Faktor biologis mendukung yaitu karena adanya ketidak seimbangan kimiawi otak, sebagai orang tua atau guru yang menghadapi anak yang mengalami gejala depresi harus berupaya membangkitkan semangat hidup anak dan dapat menyongsong hari esok yang cerah

10.  Jangan memotivasi anak lewat hadiah
Sebagian orang menyakini bahwa memberikan hadiah adalah cara yang baik untuk memotivasi anak agar mereka lebih giat belajar, berlatih, atau bergairah. Dalam melakukan suatu pekerjaan. Hal ini dianggap sebagai suap yang dapat membunuh motivasi anak. Motivasinya berubah menjadi semata-mata untuk mendapatkan hadiah. Cara yang paling efektif dan langgeng untuk menumbuhkan kecintaan anak agar giat belajar dan bekerja  dengan meluangkan waktu bersama-sama anak, duduk berdiskusi, memecah masalah bersama, dan selalu   memberikan inspirasi.

11.  Menerima kesalahan
Sejak kecil anak-anak harus diajarkan menerima kesalahan dirinya ketika ada masalah yang menimpanya. Mereka harus belajar untuk menanggung  resiko atas tindakannya dan bertanggung jawab untuk menerima hukuman.

12.  memberikan Sikap terbaik pada anak-anak
Tanamkan sikap do your best (terbaik) kepada anak-anak, tanpa harus menuntut kesempurnaan. Apapun yang dilakukan anak-anak seperti membereskan kamar tidur, berkawan dengan teman sebayanya, atau proses belajar, ajarkanlah pada mereka untuk memberikan yang terbaik. Dengan demikian hasilnya pun akan sempurna anak tidak merasa terbebani dengan tuntutan yang diberikan oleh orang tua.

Pola asuh dan pengaruhnya pada perkembangan anak adalah mewujudkan rasa tenang, mengajarkan kedekatan dengan Tuhan, membentuk kepribadian anak, membangun ototketegaran, menumbuhkan empati, mengajari hormat dan santun pada anak, menanamkan perilaku adil,  belajar menghargai ,optimis menyongsong masa depan,setiap profesi,memotivasi anak lewat hadiah, menerima kesalahan dan memberikan sikap terbaik kepada anak. Merupakan awal dari perkembangan anak, yang nantikan akan membentuk kepribadiannya masing-masing sesuai dengan pola asuhnya.
Hal lain yang lebih penting adalah setiap anak memiliki karakter dan pembawaan sendiri-sendiri. Sebagaimana juga dengan orang tua, mempunyai latar belakang pendidikan dan gaya hidup yang berbeda satu sama lain. Jadi tidak semua teori psikologi dan pendidikan untuk anak, dapat dirasakan secara mutlak. Namun, paling tidak kita dapat mengetahui sifat-sifat dan kebiasaan-kebiasaan anak secara umum banyak kesamaannya.

Referensi
Ahmadi Abu, Drs. H. Sholeh Munawar, Drs.   Psikologi Perkembangan. Jakarta : Rineka Cipta, 1991.
Deswita, Psikologi Perkembangan. Bandung : PT Remaja Resdakarya Offset, 2005.
Gunarsah D Singgih, Prof. Dr, Dasar  dan Teori Perkembangan Anak , Jakarta:  PT Bapak Gunung Mulia, 1997.
Mahfuzh Jamaluddin M, Psikologi Anak Dan Remaja Muslim, Jakarta : PT Al-kautsar,2001
Megawati Ratna, Yang Terbaik Untuk Buah Hatiku. Bandung: MQS Publishing, 2005.
Muslim Romdoni, 39 Kesalahan Dalam Mendidik Anak. Jakarta : Restu Agung, 2005.



Hidup Terlalu Singkat Untuk Tak Berbuat
Dari Dunia Keindahan Nikmat



Harniati

Panorama

Panorama
pantai indah